Pages

MATERI

Diberdayakan oleh Blogger.

Esy midwife

Esy midwife
Awal Duduk di Bangku Kuliah

About Me

Foto saya
BAngli, bali, Indonesia
Berdoa Dan kerja Keras awal Dari Keberhasilan.....

Senin, 25 Juni 2012

RPP PERDARAH POST PARTUM



RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
ASKEB IV
Nama Institusi             : Universitas Respati Yogyakarta
Prodi /Fakultas            : D 3 Kebidanan/Fakultas Ilmu Kesehatan
Mata Kuliah                : Asuhan Kebidanan IV
Kode Mata Kuliah      : Bd.405
Beban Studi                : 2 SKS (Teori : 1, Praktik:1)
Kelas/Semester            : A.61/V (lima)
Tahun Ajaran              : 2012/2013
Alokasi waktu             : 10 menit
Standar kompetensi    :Mahasiswa mampu memahami dan mengidentifikasi     perdarahan post partum
Kompetensi dasar       :Mahasiswa mampu mengidentifikasi perdarahan post partum
Mampu menjelaskan penatalaksanaan atonia uteri
Indikator                     :Mampu menjelaskan definisi  perdarahan postpartum
Mampu menjelaskan penyebab perdarahan post partum
Mampu menjelaskan penatalaksanaan atonia uteri

I.            Tujuan pembelajaran
A.    Mahasiswa mampu menjelaskan definisi perdarahan postpartum
B.     Mahasiswa mampu menyebutkan dan menjelaskan penyebab terjadinya perdarahan postpartum.
C.     Mahasiswa mampu menjelaskan penatalksanaan atonia uteri
II.            Materi pembelajaran
A. Definisi perdarahn postpartum
B.  Penyebab  
1.   Atonia uteri
2.   Laserasi jalan lahir
3.   Retensi plasenta
C.     Pengelolaan Atonia Uteri
1.      Penyebab
2.      Kompresi Bimanual Internal
3.      Kompresi Bimanual Eksterna
III.             Metode pembelajaran
A.    Caramah
B.     Tanya jawab
C.     Media

IV.            Media
A. Power point
B.  Laptop/LCD
C.  Hand out
V.             Langkah-langkah Pembelajaran

No
Tahapan Kegiatan
Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan mahasiswa
Waktu
Kegiatan Dosen
1.
Kegiatan awal
3 menit
a.    Membuka pertemuan dengan memberi salam.
b.   Memimpin doa
c.    Memperkenalakan diri
d.   Menjelaskan tatatertib
e.    Apersepsi
f.    Menjelaskan tujuan pembelajaran
a.       Menjawab salam.

b.      Berdoa bersama
c.       Memperhatikan
d.      Memperhatikan
e.       Memperhatikan
f.       Meyimak dan memperhatikan
 2.
Kegiatan Inti
5 menit
a.    Definisi atonia uteri

b.   Penyebab perdarahan
c.    Pengelolaan atonia uteri
d.   Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk bertanya.
a.    Mendengarkan dan memperhatikan.
b.   Mahasiswa memperhatikan
c.    Mahasiswa memperhatikan
d.   Mahasiswa bertanya hal-hal yang kurang jelas.
3.
Kegiatan Penutup
2 menit
a.    Menyimpulkan pengelolaan atonia uteri
b.   Melakukan evaluasi dengan metode Tanya  jawab tentang materi yang di sajikan
c.    Menutup pembelajaeran dengan member salam
a.    Mahasiswa mendengarkan dan memperhatikan
b.   Menjawab pertanyaan

c.    Menjawab salam

VI.     Evaluasi
         Jenis tagihan                   : tes
         Bentuk instrument         : pertanyaan lisan
         Contoh soal        :
1.   Apakah yang disebut perdarahan postpartum?
2.   Sebutkan penyebab perdarahan postpartum?
3.   Bagaimana pengelolaan atonia uteri?
Kunci jawaban            :
1.   Perdarahan yang melebihi dari 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir.
2.   Penyebab    :
a)   Atonia uteri
b)   Laserasi jalan lahir
c)   Retensi plasenta
3.   Pengelolaan atonia uteri:
a.    KBI (kompresi bimanual internal)
b.   KBE (kompresi bimanual ekternal)
VII.                                                                        Penilaian
      Penilaian pertanyaan lisan di lakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Mahasiswa mampu menjawab dengan benar dan tepat nilainya 4
2.      Mahasiswa mampu menjawab dengan  benar tapi kurang nilainya 3
3.      Mahasiswa mampu menjawab tapi tidak benar nilainya 2
4.      Mahasiswa tidak bisa menjawab nilainya 1
VIII.                                                                        Referensi
      Saefudin, 2007. Asuhan Kebidanan Ibu dan Anak. Jakarta: ECG
 APN, 2008. Asuhan Esensial Pencegahan dan Penanggulangan Segera Komplikasi Persalianan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: JNPKKR
Manuaba, 2009. Ilmu Penyakit Klinik Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta:ECG
Buku Acuan Pelayanan Obstetric Neonatal Emergency Dasar, 2007. DEPKES.

MATERI
ATONIA UTERI
A.    Definisi
     Atonia uteri adalah kegagalan kontraksi otot rahim menyebabakan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan (Manuaba, 2009). Sedangkan atonia uteri menurut (Saefudin, 2007) adalah uterus gagal berkontraksi. Menurut APN (2008) atonia uteri adalah suatu kondisi dimana miometrium tidak dapat berkontraksi dan bila ini terjadi maka darah yang keluar dari bekas menempelnya plasenta menjadi tidak terkendali. Jadi atonia uteri  adalah kegagalan fungsi miometrium atau otot rahim untuk berkontraksi setelah persalinanyang menyebabkan pembuluh darah pada bekas implantasi plasenta terbuka sehingga menimbulkan perdarahan.
B.     Etiologi
      Atonia uteri adalah kegagalan otot rahim berkontraksi dan berinteraksi dengan baik setelah plasenta lahir, pada saat plasenta masih melekat di dinding rahim, maka jumlah aliran darah pada tempat melekatnya plasenta tersebut diperkirakan mencapai 500 ml hingga 900 ml per menit. Setelah plasenta lepas, akan terjadi perdarahan akibat sinus-sinus maternal di tempat insersi plasenta pada dinding rahim terbuka biasanya perdarahan ini tidak berlangsung lama sebab kontraksi dan retraksi otot-otot rahim menekan pembuluh-pembuluh darah yang terbuka, sehingga lumennya tertutup. Tetapi pada kondisi dimana terjadi atonia uteri, maka lumen pembuluh darah tempat melekatnya plasenta akan terbuka, hingga akan terjadi perdarahan postpartum yang banyak lebih dari 500 ml (depkes 2008).
C.     Faktor prediposisi
      Atonia uteri atau tidak adanya tonus merupakan penyebab perdarahan postpartum yang lebih sering. Setelah melahirkan uterus harus tetap dalam keadaan kontraksi agar pembuluh yang terbuka pada bagian tempat implementasi plasenta menjadi tertutup.
D.    Patofisiologis
     Pregangan otot rahim yang berlebihan dimana miometrium teregang dengan hebat pada keadaan yang demikian pembuluh-pembuluh darah pada dinding rahim ditempat  plasenta terlepas tidak segera tertutup. Hal ini terjadi kontraktilitas dan retraksilitas dinding rahim menjadi lemah sehingga sangat mendukung terjadinya atonia uteri (Manuaba, 2009).
E.     Gejala klinik
      Pada saat terjadinya atonia uteri ditemukan relaksasi uterin terjadi secara tiba-tiba atau uterus tidak berkontraksi dan lembek, perdarahan pervaginam segera setelah anak lahi, terjadi gejala syok dalam kehilangan darah, nadi cepat, kecil lemah, pernapasan dangkal, telapak tangan dan kaki dingin, peningkatan cemas (Saefudin, 2007).
F.      Diagnosa
Jika uterus tidak berkontaksi dalam 15 detik setelah dilakukan masase fundus uteri (APN, 2008).
G.    Pemeriksaan penunjang
1.       Pemeriksaan kadar Haemoglobin
Haemoglobin adalah protein dalam eritrosit yang berfungsi mengikat oksigen untuk di edarkan keseluruhan jaringan tubuh apabila terjadi perdarahan akut, maka potensial terjadi syok hipovolemik (Varney, 2007).
H.    Penanganan atonia uteri
1.       Segera lakukan kompresi bimanual internal (KBI)
Uterus di tekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah didalam myometrium sebagai pengganti mekanisme kontraksi (Saifudi, 2008).
a.    Pakai sarung tangan disenfeksi tingkat tinggi atau steril, dengan lembut masukan secara obstetric melalui introitus ke dalam vagina ibu (sebelum melakukan KBI pastikan kandiung kemih kosong).
b.   Periksa vagina dan serviks, jika ada selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri segera dikeluarkan karena bisa hal ini yang menyebabkan uterus tidak berkontraksi secara penuh.
c.    Letakan kepalan tangan pada fornik anterior, tekan dinding anterior uterus, sementara telapak tanga lain pada abdomen menekan dnegan kuat dinding belakang uterus kearah kepalan tangan dalam.
d.   Tekan uterus sehingga kedua tangan secara kuat, kompresi uterus ini memberikan tekanan langsung pada pembuluh darah yang terbuka ( bekas implantasi plasenta). Didalam dindig uterus dan juga merangsang miometrium untuk berkontraksi dilakukan maksimal selama 5menit.
e.    Evaluasi keberhasilan
1)      Jika uterus berkontraksi dan perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina. Pantau ibu secara ketat selama kala IV.
2)      Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan KBE, kemudian lakukan langkah-langkah penatalksanaan atonia uteri selanjutnya. Minta keliuarga untuk mulai menyiapkan rujukannya.
2.       Kompresi bimanual ekstrenal (KBE)
Kompresi bimanual eksternal adalah menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus (Saifudin, 2007).
a.       Letakan satu tangan pada abdomen di depan uterus, tepat diatas simpisi pubis.
b.      Letakan tangan yang lain pada dinding abdomen (belakang korpus uteri), usahakan untuk mencangkup atau memegang bagian belakang uterus seluas mungkin.
c.       Lakukan kompresi bimanual eksternal dengan cara saling merapatkan kedua tangan depan dan belakang agar pembuluh darah di dalam tertutup miometrium dapat di jepit secara manual. Cara ini dapat menjepit darah uterus untuk berkontraksi.
3.       Jika tidak ada tanda hipertensi, berikan methergin 0,2 mg secara IM.
4.      Mulai pasang infuse RL 500 cc + 20 unit oksitosin, gunakan jarum berdiameter besar  (ukuran 16 atau 18) dengan teknik aseptic. Berikan 500 cc pertama secepat mungkin dihabiskan dalam waktu 10 menit, dan teruskan infuse RL + 20 unit oksitosin  yang kedua bila botol pertama telah habis (APN,2007).
5.      Jika uterus tidak berkontraksi lakukan atau ulangi KBI
6.      Jika uterus berkontraksi, lepas tangan pelan-pelan  dean pantau kala IV dengan cermat.
7.      Jika uterus tidak berkontraksi dalam waktu 1-2 menit, segera lakukan ruukan, karena hal ini kemungkinan bukan atonia uteri sederhana. Ibu membutuhkan tindakan gawat darurat di fasilitas kesehatan rujukan yang mampu melakukan tindakan pembedahan dan transfuse darah.
8.      Damping ibu ke tempat ruukan, teruskan tindakan KBI, hingga ibu tiba di tempat rujukan. Teruskan pemberian cairan IV hingga ibu tia di vasilitas rujukan:
Infuse 500 ml/jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 liter dan kemudian di anjurkan kecepatan hingga 125 cc/jam.
Jika cairan IV tidak cukup, tambahkan cairan infuse 500 ml dengan tetesan lambat dan berikan cairan secara oral untuk asupan tambahan.

I.       Prognosis
      Jika tidak terjadi syok prognosis baik, bila terjadi syok prognosis tergantung ada beratnya syok dan kecepatan memperoleh yang tetap di samping fasilitas sumber daya manusia yang terlatih dan tersedianya peralatan yang memadai. Dengandemikian prognosis jelek apabila penderitaan tidak segera memperoleh pertolongan dari tenaga ahli tersebut dan baru di peroleh setelah terlambat pada tempat yang vfasilitasnya kurang memadai. Umumnya atonia uteri masih mengambil korban jiwa yang banyak terutama pada penderita yang semula  tidak dirawat di rumah sakit.
J.       Evaluasi
      Pada langkah ini di evaluasi keefektifan asuhan yang di berikan, apakah telah memenuhi kebutuhan asuhan yang telah teridentifikasi dalam diagnosa maupun masalah. Pelaksanaan rencana asuhan tersebut dapat di anggap efektif bila benar-benar efektif. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencanan dslsm pelaksanaan efektif dan mungkin sebagian belum. Karena proses menejemen asuhan ini merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan, maka erlu evaluasi  kenapa suhan yang di berikan belum efektif.

    


separador

0 komentar:

Posting Komentar

Followers