RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MICRO TEACHING
ASUHAN KEBIDANAN IV
Satuan Pendidikan : D III
Kebidanan Universitas Respati Yogyakarta
Nama Institusi : Universitas Respati Yogyakarta
Mata
Pelajaran : ASKEB IV (Asuhan Kebidanan patologi)
Kelas/ Semester : A.64/ IV
Kode Mata Kuliah : BD.308
Alokasi Waktu : 15 Menit
Beban
Studi : 3 SKS (T:2, P:1)
Pertemua ke : IV (Empat)
Standar Kompetensi : Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada
Ibu komplikasi
perdarahan
Kompetensi
Dasar : Mahasiswa mampu memahami dan
memberikan
Asuhan Kebidanan patologi dengan komplikasi
perdarahan
Indikator : 1. Mahasiswa mampu
memahami dan melaksanakan
Asuhan
Kebidanan KBI pada komplikasi perdarahan
I.
Tujuan Pembelajaran
Setelah selesai pembelajaran
mahasiswa dapat:
1.
Menjelaskan
pengertian KBI
2.
Menjelaskan
tujuan, etiologi dan patofisiologi KBI dengan benar
3.
Melaksanakan
KBI dengan benar
II.
Materi pembelajaran
1.
Pengertian
KBI
2.
Tujuan
dan etiologi KBI
3.
Fatofisiologi
4.
Cheklist
KBI
III.
Metode Pembelajaran
Ceramah, demonstrasi, tanya jawab.
IV.
Media pembelajaran
1.
Komputer,
LCD
2.
Pantom
abdomen/uterus, pantom plasenta, sarung tangan
3.
Buku/handout
dan chek list
V.
Kegiatan Pembelajaran
No
|
Kegiatan
|
Alokasi Waktu
|
Kegiatan Dosen
|
Kegiatan Siswa
|
1
|
Kegiatan awal
|
3 Menit
|
1.
Membuka pelajaran dengan salam
dan menanyakan kesiapan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran
2.
Melakukan apersepsi
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
1.
Menjawab salam dan kesiapan
dalam mengikuti pelajaran
2.
Menanggapi apersepsi
3.
Mendengarkan apa yang disampaikan
dosen
|
2
|
Kegiatan Inti
|
10 Menit
|
1.
Menjelaskan pengertian,Tujuan, etiologi,
patofisiologi,
2.
Demonstrasi KBI
|
1.
Mendengarkan penjelasan dosen
2.
Mencoba melakukan KBI
3.
Bertanya tentang hal yang belum
mengerti
|
3
|
Kegiatan Penutup
|
2 Menit
|
1.
Melakukan evaluasi
2.
Menyimpulkan materi pembelajaran
3.
Memberikan tugas
4.
Menutup pertemuan dengan salam
|
1.
Menjawab pertanyaan
2.
Menyimpulkan materi bersama
dosen
3.
Mencatat tugas
4.
Menjawab salam
|
VI.
Sumber Belajar
1.
Oxorn.
2010. Ilmu Kebidanan Patologi Dan
Fisiologi Persalinan.Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika
VII.
Evaluasi
Tes
Lisan
VIII.
penilaian
Bentuk
Instrumen : Pertanyaan Lisan
Soal : 1. Apakah yang
di maksud dengan KBI?
2. Kapankah KBI harus di Lakukan?
Jawaban :
1. Kompresi Bimanual Interna adalah tangan penolong
dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada
forniks anterior vagina. Tangan kiri diletakan pada perut penderita dengan
memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta
jari-jari lain di belakang uterus.
2. KBI dilakukan jika terjadi atonia uteri pasca persalinan. Dalam
kasus ini uterus tidak berkontraksi dalam waktu 15 menit setelah plasenta lahir
LAMPIRAN MATERI
A.
Pengertian KBI
Kompresi Bimanual Interna adalah tangan
penolong dimasukan ke dalam vagina dan sambil membuat kepalan diletakan pada
forniks anterior vagina. Tangan kiri diletakan pada perut penderita dengan
memegang fundus uteri dengan telapak tangan dan dengan ibu jari di depan serta
jari-jari lain di belakang uterus. Sekarang korpus uteri terpegang antara 2
tangan antara lain, yaitu tangan kiri melaksanakan massage pada uterus dan
sekalian menekannya terhadap tangan kanan.
Kompresi bimanual interna dilakukan saat terjadi perdarahan. Perdarahan
postpartum adalah perdarahan lebih dari 500-600 ml selama 24 jam setelah anak
lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. Perdarahan post partum
adalah perdarahan dalam kala IV lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir.
B.
Etiologi
Tindakan
Kompresi Bimanual Interna ini akibat adanya perdarahan yang disebabkan karena
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
1.
Atonia Uteri
2.
Sisa Plasenta dan selaput ketuban
3.
Inversio Uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri
Inversio uteri adalah keadaan dimana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya masuk ke dalam kavum uteri
C.
Manifestasi klinis/ tanda dan gejala
Gejala Klinis
umum yang terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (> 500
ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah, haus, pusing, gelisah, letih,
dan dapat terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ekstremitas dingin,
mual.
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
Gejala Klinis berdasarkan penyebab:
1. Atonia UteriGejala yang selalu ada: Uterus tidak berkontraksi dan lembek
dan perdarahan segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, mual dan lain-lain)
2. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang
Gejala yang selalu ada : plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah ) tidak lengkap dan perdarahan segera
Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkontraksi baik tetapi tinggi fundus tidak berkurang
3. Inversio uterus
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogenik dan pucat
D.
Patofisiologi
Dalam persalinan pembuluh darah yang ada di
uterus melebar untuk meningkatkan sirkulasi ke sana, atoni uteri dan
subinvolusi uterus menyebabkan kontraksi uterus menurun sehingga pembuluh darah
yang melebar tadi tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus
menerus. Trauma jalan lahir seperti epiostomi yang lebar, laserasi perineum,
dan rupture uteri juga menyebabkan perdarahan karena terbukanya pembuluh darah,
penyakit darah pada ibu, misalnya afibrinogemia atau hipofibrinogemia karena
tidak ada atau kurangnya fibrin untuk membantu proses pembekuan darah juga
merupakan penyebab dari perdarahan postpartum. Perdarahan yang sulit dihentikan
bisa mendorong pada keadaan shock hemoragik.
Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena
atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:
1.
Atonia uteri (sebelum/sesudah
plasenta lahir).
a.
Kontraksi uterus lembek, lemah,
dan membesar (fundus uteri masih tinggi.
b.
Perdarahan terjadi beberapa menit
setelah anak lahir.
c.
Bila kontraksi lemah, setelah
masase atau pemberian uterotonika, kontraksi yang lemah tersebut menjadi kuat.
2.
Robekan jalan lahir (robekan
jaringan lunak).
a.
Kontraksi uterus kuat, keras dan
mengecil.
b.
Perdarahan terjadi langsung setelah anak
lahir. Perdarahan ini terus-menerus.
c.
Penanganannya, ambil spekulum dan
cari robekan.
Setelah dilakukan masase atau pemberian
uterotonika langsung uterus mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Perdarahan
Postpartum akibat Atonia Uteri. Perdarahan postpartum dapat terjadi karena
terlepasnya sebagian plasenta dari rahim dan sebagian lagi belum, karena
perlukaan pada jalan lahir atau karena atonia uteri. Atoni uteri merupakan
sebab terpenting perdarahan postpartum. Sehingga untuk mengatasi perdarahan
tersebut diatas harus dilakukan Kompresi Bimanual Interna.
E. Tindakan KBI
1.
Pakai sarung tangan disinfeksi
tingkat tinggi atau steril, dengan lembut memasukan tangan (dengan cara
menyatukan kelima ujung jari) ke introitus dan ke dalam vagina ibu.
2.
Periksa vagina dan serviks untuk
mengetahui ada tidaknya selaput ketuban atau bekuan darah pada kavum uteri yang
memungkinkan uterus tidak dapat berkontraksi secara penuh.
3.
Letakkan kepalan tangan pada
forniks anterior, menekan dinding anterior uterus, sementara telapak tangan
lain pada abdomen, menekan dengan kuat dinding belakang uterus ke arah kepalan
tangan dalam.
4.
Tekan uterus dengan kedua tangan
secara kuat. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan tekanan langsung pada
pembuluh darah di dalam dinding uterus dan juga merangsang miometrium untuk
berkontraksi.
5.
Evaluasi hasil kompresi bimanual
internal:
a.
Jika uterus berkontraksi dan
perdarahan berkurang, teruskan melakukan KBI selama 2 menit, kemudian
perlahan-lahan keluarkan tangan dari dalam vagina, pantau kondisi ibu secara
melekat selama kala IV
b.
Jika uterus berkontraksi tetapi
perdarahan terus berlangsung, periksa perineum, vagina dan serviks apakah
terjadi laserasi di bagian tersebut, segera lakukan penjahitan bila ditemukan
laserasi.
c.
kontraksi uterus tidak terjadi
dalam 5 menit, ajarkan pada keluarga untuk melakukan kompresi bimanual
eksternal, kemudian teruskan dengan langkah-langkah penatalaksanaan atonia
uteri selanjutnya. Minta keluarga untuk mulai menyiapkan rujukan.
0 komentar:
Posting Komentar