ASFIKSIA NEONATURUM
Disusun
Oleh:
Ni Wayan Esi karlina
Pendahuluan
Banyaknya
masalah kesehatan yang masih terjadi dalam masyarakat menuntut perlunya peran
seorang tenaga kesehatan untuk aktif dalam membantu mengatasi masalah-masalah
tersebut. Namun tidak terbatas hanya pada seorang tenaga kesehatan yang
terampil dan kompeten tapi masyarakat juga harus tahu kemungkinan berbagai
masalah yang dapat terjadi baik bagi ibu dan bayi dalam masa persalinan. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kematian pada neonatus antara
lain 27% kematian neonatus karena asfiksia, 29% karena bayi berat lahir rendah,
dan selebihnya penyebab lain seperti gangguan minum, gangguan darah atau
tetanus. Walaupun angka kejadian di tingkat nasional berkisar 3%, asfiksia
perlu penanganan yang benar, kata Retayasa, agar tidak menimbulkan kecacatan
bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya di kemudian hari, seperti lumpuh,
tidak bisa mendengar, atau gangguan belajar. Tindakan untuk mengatasi asfiksia
neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk
mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin
muncul.
Apa itu asfiksia neonatorum ???
Asfiksia
neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan
bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Faktor apa saja yang
mempengaruhi asfiksia neonatorum ???
Hipoksia janin
yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas
transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2
dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun
akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak
karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Towel
(1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa bayi terdiri
dari :
1. Faktor
ibu
a.
Hipoksia ibu
Dapat terjadi
karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan
kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b. Gangguan
aliran darah uterus
Berkurangnya
aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke
plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan
kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi
pada penyakit eklamsi dsb.
2. Faktor
plasenta
Pertukaran gas
antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin
dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya
perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.
3. Faktor
fetus
Kompresi
umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah
umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran
darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher,
kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.
4. Faktor
neonatus
Depresi pusat
pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu
pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat
persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi
misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan,
hipoplasia paru, dsb.
Bagaimana Ya TANDA DAN
GEJALA Tetanus Neonatorum itu ?????
1. Hipoksia
2. RR>
60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3. Napas
megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4. Bradikardia
5. tonus
otot berkurang
6. Warna
kulit sianotik/pucat
KLASIFIKASI
Asfiksia
neonatorum diklasifikasikan sbb:
1. “Vigorous
Baby”
Skor APGAR 7-10,
bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.
2. “Mild
Moderate asphyksia” /asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6,
pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.
3. Asphyksia
berat
Skor APGAR 0-3,
pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit,
tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas
tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus
menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung
menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisa
Gas darah
2. Elektrolit
darah
3. Gula
darah
4. Baby
gram (RO dada)
5. USG
(kepala)
TERAPI Apa yang dapat dilakukan ???
Tindakan untuk
mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang
mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan
yang dikenal dengan ABC resusitasi :
1.
Memastikan saluran nafas terbuka :
a.
Meletakan
bayi dalam posisi yang benar
b.
Menghisap
mulut kemudian hidung k/p trakhea
c.
Bila
perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka
2.
Memulai pernapasan :
a.
Lakukan
rangsangan taktil
b.
Bila
perlu lakukan ventilasi tekanan positif
3.
Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan
pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu
menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan
umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan
umum
a.
Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah
mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir
dari saluran nafas ayang lebih dalam.
b.
Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak
memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda
achiles.
c.
Mempertahankan suhu tubuh.
2. Tindakan
khusus
a. Asphyksia
berat
Berikan O2
dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan
dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan
tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung
dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.
b. Asphyksia
sedang
Stimulasi agar
timbul reflek pernapsan dapat dicoba, Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir,
rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog
breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt
melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu
ke atas-bawah secara teratur 20x/menit
c.
Penghisapan
cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.
0 komentar:
Posting Komentar