Pages

MATERI

Diberdayakan oleh Blogger.

Esy midwife

Esy midwife
Awal Duduk di Bangku Kuliah

About Me

Foto saya
BAngli, bali, Indonesia
Berdoa Dan kerja Keras awal Dari Keberhasilan.....

Minggu, 08 Juli 2012

Asfiksia





ASFIKSIA NEONATURUM 



Disusun Oleh:
Ni Wayan Esi karlina

Pendahuluan
Banyaknya masalah kesehatan yang masih terjadi dalam masyarakat menuntut perlunya peran seorang tenaga kesehatan untuk aktif dalam membantu mengatasi masalah-masalah tersebut. Namun tidak terbatas hanya pada seorang tenaga kesehatan yang terampil dan kompeten tapi masyarakat juga harus tahu kemungkinan berbagai masalah yang dapat terjadi baik bagi ibu dan bayi dalam masa persalinan. Ada beberapa kondisi yang menyebabkan kematian pada neonatus antara lain 27% kematian neonatus karena asfiksia, 29% karena bayi berat lahir rendah, dan selebihnya penyebab lain seperti gangguan minum, gangguan darah atau tetanus. Walaupun angka kejadian di tingkat nasional berkisar 3%, asfiksia perlu penanganan yang benar, kata Retayasa, agar tidak menimbulkan kecacatan bayi dan gangguan pada tumbuh kembangnya di kemudian hari, seperti lumpuh, tidak bisa mendengar, atau gangguan belajar. Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul.

Apa itu asfiksia neonatorum ???
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang mengalami kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.

Faktor apa saja yang mempengaruhi asfiksia neonatorum ???
Hipoksia janin yang menyebabkan asfiksia neonatorum terjadi karena gangguan pertukaran gas transport O2 dari ibu ke janin sehingga terdapat ganguan dalam persediaan O2 dan dalam menghilangkan CO2. Gangguan ini dapat berlangsung secara menahun akibat kondisi atau kelainan pada ibu selama kehamilan, atau secara mendadak karena hal-hal yang diderita ibu dalam persalinan.
Towel (1996) mengajukan penggolongan penyebab kegagalan pernapasan paa bayi terdiri dari :
1.  Faktor ibu
a.  Hipoksia ibu
Dapat terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik atau anestesi dalam, dan kondisi ini akan menimbulkan hipoksia janin dengan segala akibatnya.
b.   Gangguan aliran darah uterus
Berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya aliran oksigen ke plasenta dan juga ke janin, kondisi ini sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi pada penyakit eklamsi dsb.

2.  Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta, asfiksis janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya perdarahan plasenta, solusio plasenta dsb.

3.  Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan talipusat menumbung, melilit leher, kompresi tali pusat antara jalan lahir dan janin, dll.

4.   Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal yaitu pemakaian obat anestesi yang berlebihan pada ibu, trauma yang terjadi saat persalinan misalnya perdarahan intra kranial, kelainan kongenital pada bayi misalnya hernia diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernapasan, hipoplasia paru, dsb.

Bagaimana Ya TANDA DAN GEJALA Tetanus Neonatorum itu ?????
1.  Hipoksia
2.  RR> 60 x/mnt atau < 30 x/mnt
3.  Napas megap-megap/gasping sampai dapat terjadi henti napas
4.  Bradikardia
5.  tonus otot berkurang
6.  Warna kulit sianotik/pucat

KLASIFIKASI               
Asfiksia neonatorum diklasifikasikan sbb:
1.  “Vigorous Baby”
Skor APGAR 7-10, bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa.


2.  “Mild Moderate asphyksia” /asphyksia sedang
Skor APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari 100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada.

3.  Asphyksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100 x permenit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Pada asphyksia dengan henti jantung yaitu bunyi jantung fetus menghilang tidak lebih dari 10 menit sebelum lahir lengkap atau bunyi jantung menghilang post partum, pemeriksaan fisik sama pada asphyksia berat.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.  Analisa Gas darah
2.  Elektrolit  darah
3.  Gula darah
4.  Baby gram (RO dada)
5.  USG (kepala)

                                                       
TERAPI  Apa yang dapat dilakukan ??? 
Tindakan untuk mengatasi asfiksia neonatorum disebut resusitasi bayi baru lahir yang bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin muncul. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-tahapan yang dikenal dengan ABC resusitasi :

1.  Memastikan saluran nafas terbuka :
a.     Meletakan bayi dalam posisi yang benar
b.     Menghisap mulut kemudian hidung k/p trakhea
c.     Bila perlu masukan Et untuk memastikan pernapasan terbuka

2.  Memulai pernapasan :
a.     Lakukan rangsangan taktil
b.     Bila perlu lakukan ventilasi tekanan positif

3.  Mempertahankan sirkulasi darah :
Rangsang dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara kompresi dada atau bila perlu menggunakan obat-obatan
Cara resusitasi dibagi dalam tindakan umum dan tindakan khusus :
1. Tindakan umum
a. Bersihkan jalan nafas : kepala bayi dileakkan lebih rendah agar lendir mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lendir dari saluran nafas ayang lebih dalam.
b. Rangsang reflek pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles.
c. Mempertahankan suhu tubuh.

2.  Tindakan khusus
a.  Asphyksia berat
Berikan O2 dengan tekanan positif dan intermiten melalui pipa endotrakeal. dapat dilakukan dengan tiupan udara yang telah diperkaya dengan O2. Tekanan O2 yang diberikan tidak 30 cm H 20. Bila pernafasan spontan tidak timbul lakukan message jantung dengan ibu jari yang menekan pertengahan sternum 80 –100 x/menit.

b.  Asphyksia sedang
Stimulasi agar timbul reflek pernapsan dapat dicoba, Pasang relkiek pernafasan (hisap lendir, rangsang nyeri) selama 30-60 detik. Bila gagal lakukan pernafasan kodok (Frog breathing) 1-2 menit yaitu : kepala bayi ektensi maksimal beri Oz 1-2 1/mnt melalui kateter dalam hidung, buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit
c.     Penghisapan cairan lambung untuk mencegah regurgitasi.

separador

0 komentar:

Posting Komentar

Followers